SEJARAH KPHP LADONGI

ongga yang dipimpin oleh La Doma sangia diBandera . Sangia dalam artian (orang yang tidak tahu asalnya), sedangkan Awa Bandera (memba bendera kemenangan). Tidak lama kemudian Raja La Doma pun mengutus anaknya yang ke-6 yang bernama Wesapina untuk memimpin wilayah kekuasaan kerajaan yang sekarang ini adalah Ladongi.
Nama Ladongi berawal dari tanaman “dongi”. Ada sebuah cerita rakyat yang menceritakan awal mula nama Ladongi. Pada zaman dahulu, banyak pemburu yang mencari Anoa diwilayah ini. Ketika itu ada seekor Anoa yang tertombak, tetapi Anoa tersebut tidak mati , dan berhasil menyelamatkan diri lari ke kali. Sang pemburu pun mengejarnya tapi tidak berhasil menangkapnya. Pemburu itu kemudian pulang menghadap Raja. Dia menceritakan bahwa dia dari suatu daerah, dan didaerah tersebut ada kali yang daerah disekitarnya pun dingin. Kemudian sang Raja menanyakan apa saja yang ada disana, para pemburu menjelaskan bahwa disana ada tanaman “dongi” dan pohon “ Ola” sehingga di beri nama Ladongi.
Ditahun 60an, sejarah telah mecatat bahwa kabupaten Kolaka adalah salah satu daerah yang menjadi tempat persembunyian gerombolan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pasukan ini bertujuan merekrut anggota sebanyak-banyaknya untuk dijadikan tentara pejuang DI/TII.Oleh karena itu pemerintah risau dan khawatir dengan adanya gerombolan ini. Pemerintahpun harus mengungsikan semua penduduk yang bermukim dipelosok-pelosok di daerah yang ramai dan pusat pemerintahan. Penduduk Ladongi pun harus mengungsi di Rate-rate. Nanti sekitar tahun 1969, setelah merasa amanmereka kembali keLadongi untuk mengolah kebun mereka.
Kelurahan Ladongi Jaya adalah kampung tertua setelah pemekaran kecamatan Tirawuta. Kampung ini diresmikan sekitar tahun 1972-1973 ketika itu datangnya transmigrasi Jawa, Bali, dan Bugis. Di tahun 1976 sebagian masyarakat masih berkebun, oleh pemerintah kemudian diberikan lahan 1,5 hektar/KK. Dengan pembagian 1 hektar untuk kebun dan selebihnya untuk perumahan. Di tahun 1984-1985 masyarakat pribumi telah menanami kebun mereka dengan coklat. Mereka mengambil bibit secara sendiri-sendiri dari Kabupaten Kolaka Utara. Sekitar tahun 1996 puluhan orang Bugis (dari Sulawesi Selatan) datang ke Ladongi dengan tujuan berkebun. (Radio Gaul Fm)

Tinggalkan komentar